"[Sebab] mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya" (Luk. 21:4).
Untuk Allah, tidak perlu ada pertimbangan sana-sini dalam memberi. Begitu kira-kira yang kita mengerti dari sabda Yesus di atas. Sebetulnya inilah sikap utama orang beriman, yakni bahwa orang mau merelakan segalanya demi kemuliaan Allah.
Sikap ini bersumber dari kedalaman hati manusia, digerakkan oleh Roh Kudus, dan dilaksanakan secara sadar sehingga berdaya guna bagi kebaikan Allah. Suatu persembahan yang utuh yang ditujukan kepada Allah melalui banyak hal dan kesempatan.
Janda miskin di Yerusalem adalah contoh dari orang kaya di hadapan Allah. Persembahannya berkenan kepadaNya dan mendatangkan rahmat baginya. Kiranya teladan unggul dari persembahan diri manusia sudah dipancarkan oleh Maria, Bunda Allah, yang kita peringati hari ini.
21 November adalah kesempatan bagi orang Kristen untuk mengingat pemberian diri Maria kepada Allah di Bait Suci. Maria memberi kepada Allah dirinya yang suci-murni sehingga pada saatnya dipilih Allah untuk karya keselamatan dunia.
Maria dan janda miskin itu adalah gambaran konkrit dari keaslian Kristen. Bahwa mereka memberi untuk Allah karena kemiskinan hati mereka. Tepat seperti yang ditunjukkan Yesus selama hidupNya, memberi diriNya sendiri sebagai tebusan bagi umat manusia yang berdosa.
Orang Kristen perlu memiliki hati yang miskin, yang menggerakkan hatinya untuk memberi, mengorbankan diri dan mengikuti Kristus. Pengorbanan diri dan miliki bagi Allah adalah keselamatan untuk kita. Pengorbanan diri Kristus di kayu salib adalah sumber dan puncak bagi semua kebiasaan orang Kristen.
[Pict: https: //www.pinterest.com/cascadianmystic/mary-queen-of-angels/]
In te Domine speravi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar