Sabtu, 26 November 2016

Berjaga sambil Berdoa untuk Hari Tuhan

Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia (Luk. 21:36).



Pesan Yesus ini mengajak orang Kristen untuk melihat 'masa depan'nya di kala ia berhadapan dengan Anak Manusia pada kedatanganNya yang kedua kali. Sambil menanti penuh rindu, sikap berjaga-jaga sambil berdoa adalah gaya yang khas bagi orang Kristen. Sikap berjaga-jaga sambil berdoa mendatangkan kekuatan, memampukan orang Kristen untuk tahan berdiri di hadapan Anak Manusia. 

Santo Paulus menyerukan hal yang sama, "Tetaplah berdoa" (1Tes. 5:17). Juga, "Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang kudus" (Ef. 6:18). Dan menurut Santo Paulus, doa berisikan ucapan syukur kepada Yesus yang memberikan Bapa untuk orang beriman, "Ucaplah syukur senantiasa atas segala sesuatu dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus kepada Allah dan Bapa kita" (Ef 5:20).

Setiap hari, setiap saat, orang Kristen berdoa dan mendengarkan Sabda dalam Ekaristi Kudus, bahkan di jalan-jalan, di pasar dan di mana pun ia berada, ia dapat berdoa kepada Yesus. Yesus menghubungkan kebiasaan berdoa ini dengan kedatanganNya sendiri. Kebiasaan ini tidak lain adalah usaha untuk selalu dekat denganNya, sebab di dalam doa (Ekaristi) orang Kristen selalu berjumpa dengan Bapa dan Putera dan Roh Kudus, intim dan tak terpisahkan, bersatu padu. 

Kebiasaan berjaga-jaga sambil berdoa mengungkapkan kesiapan diri, jiwa dan raga, di hadapan Anak Manusia. Hari Tuhan (Luk. 21:34) yang disebutkan Yesus dapat disambut dengan baik apabila orang Kristen terbiasa dengan itu. Bagi Yesus, hari Tuhan sudah pasti akan menimpa semua orang (Luk. 21:35). Dan, ketika Santo Lukas berbicara tentang "hari Tuhan" dalam injilnya (Luk. 21:34, Kis. 2:20), ia menunjuk pada hari kedatangan Tuhan (maranatha) dalam kemuliaan, "Hari Yahwe," (Am. 5:18 dst.). Hari Tuhan adalah hari kedatangan Yesus, Anak Manusia, kelak (bdk. Mat. 24:1 dst. 1Kor. 1:18 dst.). 

Yesus akan kembali sebagaimana yang dikatakanNya sendiri (Yoh. 14:3, 18, 28). Malaikat mempertegas perkataan Yesus itu, "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke Sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kami melihat Dia naik ke Sorga" (Kis. 1:11). Dalam Pengakuan Iman Apostolik dan Pengakuan Iman Nisea-Konstantinopel, orang Kristen percaya dan berseru:


Pada hari ketiga bangkit
dari antara orang mati;
yang naik ke surga,
duduk di sebelah kanan Allah
Bapa yang mahakuasa;
dari situ Ia akan datang
mengadili orang hidup dan mati.

Pada hari ketiga Ia bangkit,
menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan yang
mati;


Kedatangan kembali Tuhan Yesus, Anak Manusia, 'mewajibkan' orang Kristen untuk selalu dan senantiasa berjaga-jaga sambil berdoa. Iman menutut doa, sebab doalah nafas iman yang hidup. Dari doa, orang Kristen menemukan pola hidup seperti Kristus, sebab di dalam doa ia berjumpa dengan Kristus, jalan, kebenaran dan hidup. 


Doa resmi orang Kristen adalah Ekaristi Kudus. Dalam Ekaristi Kudus orang Kristen menantikan kedatangan Yesus yang mulia pada akhir zaman (bdk. 1Kor 11:26). Dalam perayaan Ekaristi Kudus pula, orang Kristen melagukan anamnesis setelah konsekrasi untuk mengingat kembali sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus serta menantikan kedatanganNya untuk yang kedua kali. Dari Ekaristi Kudus, doa resmi Gereja itu, orang Kristen menemukan gaya hidup Tuhannya dan memperoleh semangat untuk membangun hidup sepertiNya, berjaga-jaga dan melakukan kehendakNya sampai kedatanganNya kembali. 
Santo Paulus berpesan, "Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu" (1Tes. 5:18). "Bertekunlah dalam doa dan dalam pada itu berjaga-jagalah sambil mengucap syukur" (Kol. 4:2).
"Kita tidak diwajibkan untuk tetap bekerja, berjaga-jaga, dan berpuasa. Tetapi adalah satu hukum bagi kita, supaya berdoa dengan tidak putus-putusnya" (Evagrius, cap. pract. 49).

In te Domine speravi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar