Sebenarnya ada apa dengan
orang seperti ini? Itulah orang yang berusaha membungkam kebenaran. Persis itu
adalah orang-orang Farisi yang hari ini ditegur langsung oleh Yesus.
“Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya
barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang
dapat melihat, menjadi buta” (Yoh. 9:39).
Yohanes memberikan
kesaksian bahwa kata-kata Yesus ini didengar oleh beberapa orang Farisi yang
berada di situ dan mereka berkata kepadaNya:
“Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?” (Yoh. 9:40).
Maka Yesus menjawab mereka
demikian:
“Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa, tetapi karena
kamu berkata: Kami melihat, maka tetaplah dosamu” (Yoh. 9:41).
Orang-orang Farisi sangat
cocok dibilang begini: “Punya mata, tapi tidak melihat. Melihat, tapi tidak
percaya.” Di beberapa kesempatan (termasuk peristiwa hari ini), orang-orang
Farisi gemar menentang Yesus. Misalnya dalam hal mengampuni dosa, peraturan
Sabat, dan bergaul dengan pendosa. Persis seperti yang dikisahkan rasul Yohanes
hari ini: Orang yang buta sejak lahirnya (Yoh.
9:1-41).
Bagi Yesus, mereka terlalu
mementingkan legalisme lahiriah, terlalu memusatkan perhatian pada
aturan-aturan dan lupa akan kebenaran yang disampaikan dan dikerjakan oleh Allah
dalam diri Anak Manusia. Misalnya, Yesus “mengaduk tanah” (Yoh. 9:14) adalah
suatu pekerjaan yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Namun Yesus
melakukan itu untuk menyembuhkan orang buta itu. Maka jadilah mata orang itu
melek.
Yesus bertemu dengan dia dan berkata: “Percayakah enkau
kepada Anak Manusia?” Jawabnya: “Siapakah Dia, Tuhan? Supaya aku percaya
kepadaNya.” Kata Yesus kepadanya: “Engkau bukan saja melihat Dia; tetapi Dia
yang sedang berkata-kata dengan engkau, Dialah itu!” Katanya: “Aku percaya,
Tuhan.” Lalu ia sujud menyembahNya” (Yoh. 9:35-38).
Kepada orang buta yang
matanya dimelekkan, Yesus memberikan keselamatan dan pengampunan dosa. Sementara
kepada orang-orang Farisi, Yesus menyatakan bahwa dosa mereka tetap ada. Sebab,
mereka mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat. Mereka melihat, tetapi tidak
menaruh kepercayaan pada Yesus, Anak Manusia.
Benarlah kata-kata sang
Pemazmur ini: “Mempunyai mata, tetapi
tidak dapat melihat” (Mzm. 135:16b). Itulah orang-orang Farisi! Karena
mereka lebih berpuas pada diri mereka sendiri dan percaya pada tangan mereka
sendiri (bdk. Yoh. 9:24, 29, 34). Sebaliknya, mereka tidak dapat rendah hati
seperti orang buta yang matanya dimelekkan Yesus itu. Orang buta yang
disembuhkan itu adalah lambang orang-orang yang rendah hati dan menerima Yesus.
Mereka ini “Tidak memiliki mata, tetapi melihat. Mereka melihat lalu percaya”
(bdk. Ul. 29:3; Yes. 6:9 dst.; Yer. 5:21; Yeh. 12:2).
Orang Katolik yang
terkasih, sekarang kita tidak lagi melihat Yesus. Namun, Roh Kudus yang Ia dan
Bapa curahkan kepada kita memapukan kita untuk melihat Dia dalam kemuliaanNya. Beginilah
pengajaran Gereja:
Tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam
diri Allah selain Roh Allah (1Kor. 2:11). Roh yang mewahyukan Allah itu,
membuat kita mengenal Kristus, Sabda-Nya yang hidup; tetapi ia tidak berbicara
tentang diri-Nya sendiri. Ia, yang “bersabda melalui para nabi,” membuat kita mendengarkan Sabda
Bapa. Tetapi kita tidak mendengarkan Dia sendiri. Kita hanya mendengarkan Dia
secara tidak langsung, bial ia mewahyukan Sabda kepada kita dan mempersiapkan
kita, menerima-Nya dalam iman. Roh
kebenaran, yang “mengungkapkan” Kristus bagi kita, tidak berbicara “dari
diri-Nya sendiri” (Yoh. 16:13. Sikap rendah
hati yang ilahi ini menjelaskan, mengapa “dunia tidak dapat menerima-Nya,
karena ia tidak melihat-Nya dan tidak mengenal-Nya,” sedangkan mereka yang percaya kepada Kristus
mengenal-Nya, karena Ia menyertai mereka (Yoh. 14:17) [KGK 687).
Kiranya dengan Roh Kudus, kita
tetap melihat Kristus yang menyelamatkan, supaya kita percaya kepada-Nya sepanjang
hidup ini.
Pax Domini sit semper
vobiscum.
(Pictures: pinterest.com, LDS.org, catholic-saint.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar