(truthbook.com)
Siang ini kami punya kesempatan untuk bersenda gurau
dengan Abang kami yang di Jakarta. Ia cukup "lihat" dalam memainkan
kata dan frasa, berbakat, dan pernah menggeluti tulisan-tulisan Khalil Gibran,
orang Libanon yang terkenal itu.
Makanya, ketika diskusi kami
sampai ke "Sabda" hari Minggu ini, Abang kami ini mengaku belum misa
tapi sudah membaca Sabda hari ini. Ya, Sabda tentang sorang perempuan di bibir
Sumur. Itu ide yang keluar dari mulut si Abang. Menarik!
Apa tendensi "Perempuan di
Bibir Sumur" itu? Well.. Hari ini, dalam Minggu Prapaskah III ini, Yesus
berjumpa dengan seorang perempuan Samaria. Perempuan yang sebenarnya menyadari
diri sebagai orang asing di hadapan orang Yahudi seperti Yesus. Perempuan ini
tak bersuami tapi pernah memiliki beberapa laki-laki. Bahkan, lelaki yang
kelima, yang sekarang ada bersamanya (di rumah), pun bukan suaminya. Yesus
mengetahui keberadaan perempuan ini, dan sebaliknya ia heran mengapa Yesus
mengetahuinya.
Adalah kesempatan bertemu dengan
Yesus itu, terjadi di bibir Sumur Yakub, bapa dari Yusuf, si bungsu yang dahulu
diperlakukan sewenang-wenang oleh saudara-saudaranya. Alasannya, Yakub,
bapanya, terlalu mencintai Yusuf, si bungsu itu. Apa pun itu, Sumur itu tetap
dikenang oleh orang-orang Samaria sebagai pemberian tokoh besar Yakub, termasuk
perempuan itu.
Setidaknya, perempuan
"berdosa" itu berjumpa dengan Guru bijaksana, Juruselamat dunia
(demikian bagi orang-orang Samaria yang datang saat itu) di bibir Sumur itu. Ia
hendak menimba air dari Sumur itu, tapi justru menimba dari Sumur hidup sejati.
Dialah Yesus, sang Guru bijaksana, Juruselamat dunia.
Agak mengherankan, karena Yesus
sebetulnya meminta air dari perempuan Samaria itu, tetapi justru Ia memberi air
kepada si perempuan Samaria. Bibir Sumur menjadi saksi bisu atas keheranan ini.
Air Sumur itu berbeda dengan air yang diberikan Yesus, sang Guru, Juruselamat
dunia. Air yang diberikan Yesus adalah dari diriNya sendiri, sementara
perempuan itu tetaplah merupakan pencari air, peminum yang haus akan Roh dan
Kebenaran, pembawa tempayan air sejati.
Injil Yohanes cukup dikenal
dengan "Injil yang basah," karena banyak mengisahkan tetang air.
Ingat di Kana, tempat dimana Yesus mengubah air menjadi anggur. Nikodemus,
orang yang berdiskusi dengan Yesus tentang air dan kelahiran kembali. Perempuan
Samaria di Bibir Sumur Yakub ini. Seorang yang sakit selama 38 tahun di serambi
Salomo. Dan puncaknya, di Salib Golgota, dimana darah dan air mengalir keluar
dari lambung Yesus.
Sama.. Dari bibir Sumur Yakub pun
Yesus memberikan air kehidupan bagi perempuan Samaria itu. Air yang dahulu
menyegarkan bagsa Israel dalam perjalanan menuju tanah terjanji, dimana Musa
membelah sebuah batu besar dan keluarlah air, di Meriba. Kini, air itu adalah
Yesus sendiri, sumber yang menghidupkan, yang menyegarkan. Yohanes Penginjil
mengerti betul "cerita" mengenai air dalam kitabnya. Dalam konteks
ini, sumur hidup itu adalah Yesus, penyegar dahaga kehausan sang perempuan
Samaria.
Benarlah pengampunan itu! Tuhan
sendiri "haus" akan orang-orang berdosa, Ia rela menjadi air untuk
memenuhi dahaga kemarau manusia yang berkepanjangan. Ia sendirilah yang duduk
di bibir sumurNya untuk tiap-tiap orang yang mencari dan mendekatiNya. Ia siap
memberi kepuasan rohani, menjadi mata air sejati bagi mereka yang haus akan
Dia. Maka langkah pertobatan kecil menjadi sangat berarti. Langkah yang
mengantar tempayan jiwa yang kosong menuju Bibir Sumur Yesus untuk menimba air
hidup sejati.
Ah.. perempuan Samaria itu begitu
gembira karena telah menerima air hidup sejati. Semoga banyak jiwa yang
mendekati bibir Sumur yang sama untuk menerima air hidup demi kehidupan kekal.
Sebab darah dan air yang mengalir di kayu salib itu adalah Roh dan Kebenaran
seperti yang dialirkan kepada perempuan Samaria di bibir Sumur hidup itu. Air,
yang dalam Roh Kudus, menjadi tanda kelahiran Gereja dan Sakramen yang
menyelamatkan.
PAX DOMINI SIT SEMPER VOBISCUM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar