Sabtu, 25 Maret 2017

Perempuan di Bibir Sumur Yakub

(truthbook.com)

Siang ini kami punya kesempatan untuk bersenda gurau dengan Abang kami yang di Jakarta. Ia cukup "lihat" dalam memainkan kata dan frasa, berbakat, dan pernah menggeluti tulisan-tulisan Khalil Gibran, orang Libanon yang terkenal itu.

Makanya, ketika diskusi kami sampai ke "Sabda" hari Minggu ini, Abang kami ini mengaku belum misa tapi sudah membaca Sabda hari ini. Ya, Sabda tentang sorang perempuan di bibir Sumur. Itu ide yang keluar dari mulut si Abang. Menarik!

Apa tendensi "Perempuan di Bibir Sumur" itu? Well.. Hari ini, dalam Minggu Prapaskah III ini, Yesus berjumpa dengan seorang perempuan Samaria. Perempuan yang sebenarnya menyadari diri sebagai orang asing di hadapan orang Yahudi seperti Yesus. Perempuan ini tak bersuami tapi pernah memiliki beberapa laki-laki. Bahkan, lelaki yang kelima, yang sekarang ada bersamanya (di rumah), pun bukan suaminya. Yesus mengetahui keberadaan perempuan ini, dan sebaliknya ia heran mengapa Yesus mengetahuinya.

Adalah kesempatan bertemu dengan Yesus itu, terjadi di bibir Sumur Yakub, bapa dari Yusuf, si bungsu yang dahulu diperlakukan sewenang-wenang oleh saudara-saudaranya. Alasannya, Yakub, bapanya, terlalu mencintai Yusuf, si bungsu itu. Apa pun itu, Sumur itu tetap dikenang oleh orang-orang Samaria sebagai pemberian tokoh besar Yakub, termasuk perempuan itu.

Setidaknya, perempuan "berdosa" itu berjumpa dengan Guru bijaksana, Juruselamat dunia (demikian bagi orang-orang Samaria yang datang saat itu) di bibir Sumur itu. Ia hendak menimba air dari Sumur itu, tapi justru menimba dari Sumur hidup sejati. Dialah Yesus, sang Guru bijaksana, Juruselamat dunia.

Agak mengherankan, karena Yesus sebetulnya meminta air dari perempuan Samaria itu, tetapi justru Ia memberi air kepada si perempuan Samaria. Bibir Sumur menjadi saksi bisu atas keheranan ini. Air Sumur itu berbeda dengan air yang diberikan Yesus, sang Guru, Juruselamat dunia. Air yang diberikan Yesus adalah dari diriNya sendiri, sementara perempuan itu tetaplah merupakan pencari air, peminum yang haus akan Roh dan Kebenaran, pembawa tempayan air sejati.

Injil Yohanes cukup dikenal dengan "Injil yang basah," karena banyak mengisahkan tetang air. Ingat di Kana, tempat dimana Yesus mengubah air menjadi anggur. Nikodemus, orang yang berdiskusi dengan Yesus tentang air dan kelahiran kembali. Perempuan Samaria di Bibir Sumur Yakub ini. Seorang yang sakit selama 38 tahun di serambi Salomo. Dan puncaknya, di Salib Golgota, dimana darah dan air mengalir keluar dari lambung Yesus.

Sama.. Dari bibir Sumur Yakub pun Yesus memberikan air kehidupan bagi perempuan Samaria itu. Air yang dahulu menyegarkan bagsa Israel dalam perjalanan menuju tanah terjanji, dimana Musa membelah sebuah batu besar dan keluarlah air, di Meriba. Kini, air itu adalah Yesus sendiri, sumber yang menghidupkan, yang menyegarkan. Yohanes Penginjil mengerti betul "cerita" mengenai air dalam kitabnya. Dalam konteks ini, sumur hidup itu adalah Yesus, penyegar dahaga kehausan sang perempuan Samaria.

Benarlah pengampunan itu! Tuhan sendiri "haus" akan orang-orang berdosa, Ia rela menjadi air untuk memenuhi dahaga kemarau manusia yang berkepanjangan. Ia sendirilah yang duduk di bibir sumurNya untuk tiap-tiap orang yang mencari dan mendekatiNya. Ia siap memberi kepuasan rohani, menjadi mata air sejati bagi mereka yang haus akan Dia. Maka langkah pertobatan kecil menjadi sangat berarti. Langkah yang mengantar tempayan jiwa yang kosong menuju Bibir Sumur Yesus untuk menimba air hidup sejati.

Ah.. perempuan Samaria itu begitu gembira karena telah menerima air hidup sejati. Semoga banyak jiwa yang mendekati bibir Sumur yang sama untuk menerima air hidup demi kehidupan kekal. Sebab darah dan air yang mengalir di kayu salib itu adalah Roh dan Kebenaran seperti yang dialirkan kepada perempuan Samaria di bibir Sumur hidup itu. Air, yang dalam Roh Kudus, menjadi tanda kelahiran Gereja dan Sakramen yang menyelamatkan.


PAX DOMINI SIT SEMPER VOBISCUM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar