Kamis, 01 Desember 2016

Ingat, Baru Lilin Pertama yang Dinyalakan!

Mulai Minggu, 27 November 2016, kemarin, Gereja Katolik membuka Masa Kedatangan (Adven) dalam Tahun Liturgi yang baru, yaitu Tahun A. Masa ini ditandai dengan "penantian" selama empat pekan, yang mana pertobatan menjadi ujung tombaknya untuk menantikan kedatangan Sang Juruselamat, Yesus Kristus. Hari Minggu sebelumnya, Gereja Katolik merayakan Hari Raya besar, yaitu Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Hari Raya ini menutup sekaligus membuka Tahun Liturgi Gereja. Gereja Katolik lalu mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Yesus Kristus dalam pesta Natal.

Nah, Masa Kedatangan (Adven) yang diwujudkan dalam penantian panjang itu memiliki tradisi tersendiri di dalam Gereja Katolik. Memang, dalam perayaan liturgis dan penghayatan iman Kristen, Kristus akan datang, Ia akan lahir, Ia akan menyertai semua orang (Emanuel) dan menjadi Raja atas dunia ini, tetapi apakah orang Katolik akan menyambut Sang Raja begitu saja? Tidak! Lalu bagaimana Gereja Katolik menyambut kedatangan Sang Raja itu?

Tidak ada yang spesial seperti yang dilakukan oleh Gereja Katolik. Gereja Katolik menyadari sepenuhnya dan tahu dengan pasti bahwa Kristus, Sang Raja, telah lahir dua ribu tahun yang lalu. Maka yang dilakukan sekarang dan setiap tahun adalah menantikan dan menyambut kelahiran yang pernah terjadi dua ribu tahun lalu itu. Di sini, aspek 'mengenangkan kembali' kelahiran itu ditonjolkan. Gereja Katolik tidak sekedar mengenangkan kembali, melainkan juga membaharui diri dengan kenangan itu sebagaimana yang dikehendaki Kristus, yaitu berjaga-jaga sambil berdoa (Luk. 21:36). Maka jauh lebih dalam dari pengenangan yang dilakukan Gereja Katolik ini ialah menyambut kedatangan Kristus untuk kedua kalinya pada akhir zaman. 

Ajaran Gereja Katolik mengenai Liturgi Adven (KGK 524): 

Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua. Dengan merayakan kelahiran dan mati syahid sang perintis, Gereja menyatukan diri dengan kerinduannya: "la harus makin besar dan aku harus makin kecil" (Yoh 3:30).

Minggu I dan II dalam masa Adven sebetulnya dikhususkan untuk menghayati kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Penghayatan ini disimbolkan dengan memasang lilin-lilin Adven. Lilin I dipasang pada Minggu I dan lilin II dipasang pada Minggu II. Selama setiap hari dalam minggu-minggu itu, lilin-lilin itu terus dinyalakan dalam Misa-Misa harian. Semantara Minggu III dan IV dikhusukan untuk menghayati kedatangan Kristus yang pertama kalinya, kelahiranNya ke dunia (inkarnasi). 

Apa yang Gereja Katolik lakukan selama empat pekan itu?

Hal utama yang dilakukan ialah mempersiapkan diri, mempertobatkan diri sendiri. Tobat adalah kata kunci selama Masa Adven. Ini adalah penghayatan yang sama dengan masa-masa sebelum dan seputar kelahiran Kristus sedia kala. Demikian Gereja Katolik mengajarkan (KGK 522 & 523):

Kedatangan Putera Allah ke dunia adalah satu kejadian yang sekian dahsyat, sehingga Allah hendak mempersiapkannya selama berabad abad. Semua ritus dan kurban, bentuk dan lambang "perjanjian pertama" (Ibr 9:15) diarahkan-Nya kepada Yesus; Ia memberitahukan kedatangan-Nya melalui mulut para nabi, yang susul-menyusul di Israel. Sementara itu Ia menggerakkan dalam hati kaum kafir satu pengertian yang samar-samar mengenai kedatangan ini.

Yohanes Pembaptis adalah perintis Tuhan yang langsung; ia diutus untuk menyiapkan jalan bagi-Nya. Sebagai "nabi Allah yang mahatinggi" (Luk 1:76) Ia menonjol di antara semua nabi. Ia adalah yang terakhir dari mereka dan sejak itu Kerajaan Allah diberitakan. Ia sudah bersorak gembira dalam rahim ibunya mengenai kedatangan Kristus dan mendapat kegembiraannya sebagai "sahabat mempelai" (Yoh 3:29), yang ia lukiskan sebagai "Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia" (Yoh 1:29). Ia mendahului Yesus "dalam roh dan kuasa Elia" (Luk 1:17) dan memberikan kesaksian untuk Dia melalui khotbahnya, pembaptisan pertobatan, dan akhirnya melalui mati syahidnya.


Ingat, baru lilin pertama yang dinyalakan! Itu tandanya, kita masih harus mengencangkan pertobatan diri dan terus melakukan itu. Berabad-abad lamanya Allah mempersiapkan kedatangan Kristus melalui bangsa Israel dan menghendaki umatNya bertobat. Begitu juga dalam Masa Adven. Bukan hiruk-pikuk dan kemeriahan yang dikehendaki Allah, melainkan ketenangan batin dan perubahan sikap sesuai dengan kehendak Allah. Apa artinya kita berpesta atau beria-ria pada saat sebelum Kristus datang? Tidak ada artinya sama sekali! Kiranya yang paling berarti ialah "berdiam diri" dalam tobat dan sesal yang dalam sebagaimana kelima gadis yang bijaksana menyongsong mempelai laki-laki (Mat. 25:1-13)

In te Domine speravi non confundar in aeternum
(Pict: andreasyogi )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar