Ahh..
kebetulan sekali malam ini bisa lihat Gembala ini lagi, walau cuma lewat pict
ini; Mgr. Petrus Boddeng Timang, PR.
Tahun
lalu ketika mampir ke Keuskupan Amboina, saya menjadi pendampingnya selama
berada di sini. Kerendahan hatinya amat nampak. Beliau banyak bercerita tentang
Keuskupan Banjarmasin yang menjadi wilayah pelayanannya. Cerita yang menyentuh
adalah ketika beliau harus menunggu dalam waktu yang lama untuk mengunjungi
paroki-paroki yang memang amat sulit untuk dikunjungi. Kadang kala harus melawan situasi rumit,
banjir atau jembatan terputus, jalan yang belum jadi dst. Belum lagi, Keuskupan
Banjarmasin masih kekurangan Imam. Jadinya beliau melayani dan bekerja ekstra
keras.
"Engga, kalau ada apa-apa,
hubungi saya ya..." Saya mengerti maksud Bapa Uskup
dan hanya bisa tersenyum dan menjawab "Iya, Bapa Uskup." Sebelum
pulang ke Keuskupannya, Bapa Uskup meninggalkan nomor teleponnya dan berharap
agar kami tetap berkomunikasi. Semoga tetap dalam lindunganNya ya Bapa Uskup.
Saya tak akan melupakan kebaikanmu :)
Kerendahan hatinya memikat hati saya sebagai seorang calon imam. Betapa tidak, berjalan kaki pun ia rela. Ketika tinggal di hotel, Bapa Uskup disediakan sebuah mobil khusus untuk diantar dan dijemput, beliau ingin berjalan kaki untuk mendapatkan sarapan atau makan siangnya di rumah Keuskupan Amboina. Memang dekat jaraknya, tetapi kesediaan dan kerelaannya terlihat dengan jelas.
Kalau di dalam mobil itu, beliau suka berceloteh, bercerita dan memberikan nasihat. Senyumnya nampak dengan cepat apabila hendak menyampaikan sesuatu. Itu pula yang memperlihatkan kebapaannya. Bahkan saat kami mengunjungi salah satu wisata Rohani di kota Ambon, beliau bercanda dengan luar biasa. Tak menunggu waktu lama, beliau meminta untuk dipotret saat memanjat sebatang pohon di depannya. Wah, Bapa Uskup memang suka bergembira bersama.
Terima kasih Bapa Uskup, engkau luar biasa! Waktu singkat bersamamu meninggalkan banyak hal berarti. Kiranya menjadi teladan indah untuk saya dan orang lain.
Kerendahan hatinya memikat hati saya sebagai seorang calon imam. Betapa tidak, berjalan kaki pun ia rela. Ketika tinggal di hotel, Bapa Uskup disediakan sebuah mobil khusus untuk diantar dan dijemput, beliau ingin berjalan kaki untuk mendapatkan sarapan atau makan siangnya di rumah Keuskupan Amboina. Memang dekat jaraknya, tetapi kesediaan dan kerelaannya terlihat dengan jelas.
Kalau di dalam mobil itu, beliau suka berceloteh, bercerita dan memberikan nasihat. Senyumnya nampak dengan cepat apabila hendak menyampaikan sesuatu. Itu pula yang memperlihatkan kebapaannya. Bahkan saat kami mengunjungi salah satu wisata Rohani di kota Ambon, beliau bercanda dengan luar biasa. Tak menunggu waktu lama, beliau meminta untuk dipotret saat memanjat sebatang pohon di depannya. Wah, Bapa Uskup memang suka bergembira bersama.
Terima kasih Bapa Uskup, engkau luar biasa! Waktu singkat bersamamu meninggalkan banyak hal berarti. Kiranya menjadi teladan indah untuk saya dan orang lain.
(Foto 1:
Bapa Uskup Timang paling ujung sini :) Saat mengikuti Acara Orang Muda
Katolik seIndonesia [Indonesian Youth Day 2016] di Manado)
In
te Domine speravi non confundar in aeternum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar