Senin, 05 Desember 2016

Dari D berakhir B


D... Dingin maksudku. Rasa itu serasi dengan ukuran temperatur suhu yang ku pasang pada android reot milikku. Angkanya menunjukkan 18-19 derajat celcius. Maklumlah, masih terlalu pagi, pukul 5.30 AM atau setengah 6 pagi; pagi yang dingin di Kota Air, kota yang terletak 600 km di atas permukaan laut.

Setengah jam lebih, aku melamun, sambil duduk menatap jalanan kecil yang saat itu sudah dilalulalangi orang-orang. Katanya hendak ke pasar. Ya...begitulah kebiasaan warga kita bila pagi tiba. Kebiasaan yang diungkap lewat jawaban sederhana, bila pertanyaannya ke mana. Menariknya, itu ungkapan pertama yang ku dengar pagi ini setelah selamat pagi. Ungkapan yang terus diulang, sebelum sebuah angkot berwarna biru mengejutkan lamunan dengan tembang "Kau Ada yang Memiliki" yang dinyanyikan Harvey Malaiholo dan Trie Utami. Ahh... Pasar... kau ada yang memiliki.

Aku pun bergegas hendak membasuh wajah. Tak lupa ku tengok sebentar layar TV. Beritanya tentang potret demokrasi yang lebih banyak menghitung prihatinnya ketimbang kinerjanya. Maklumlah cari makan sekarang lebih gampang daripada mengkritisi. Sindir bunda yang saat itu sedang menyiapkan sarapan pagi. Celotehnya ku sambut dengan gelak tawa, mengejutkan si bapak yang lagi asyik menyulut kretek djisamsoe. Beliau hanya tersenyum kecil, sambil menghirup secangkir kopi panas yang dihidang di meja kecilnya, tanpa berkomentar. Padahal, beliau suka memanas-manasi si bunda dengan candaanya. Belakangan aku baru paham. Giginya si bapak yang paling depan baru tanggal semalam. Bisik bunda sambil menahan tawa setengah mati.

Usai membasuh wajah (termasuk gosok gigi) aku bersiap-siap hendak pulang ke kosan. Katanya, aku harus berangkat pagi biar cepat sampai. Pukul 6.30 AM atau setengah 7, aku pun beranjak, berjalan kaki bersama bunda yang juga hendak menuju pasar, menyusur jalan kecil sepi yang basah karena embun. Kabut tipis masih bertengger di puncak gunung-gunung kecil yang sesekali diceraikan angin, tapi dengan cepat menyatu kembali. Menyenangkan pula indah. Seindah warung kopi yang mulai dibanjiri konsumen.

Sesampainya di pasar, beliau langsung menghantarku menuju terminal bis kota. Jaraknya tak jauh. Kira-kira 200 meter dari titik sentral pasar. Kami pun berpisah. Beliau kembali untuk berbelanja, sedangkan aku menunggu berangkatnya bis kota, ditemani hangatnya diskusi dua orang kondektur dengan pedagang sayur keliling. Topiknya tentang teknik mencari nafkah. Teknik itu diulas dengan sederhana. Mulai dari membiasakan diri untuk menekuni dengan rutin sebuah pekerjaan, menyisihkan sedikit pendapatan agar bisa menopang ekonomi rumah tangga, hingga mengupayakan kerja sampingan lain yang meskipun kecil tapi efektif pendapatannya. Tukar-menukar ide yang terjadi kian menarik. Hingga akhirnya disepakati bahwa lebih baik bekerja daripada 'bertakhta'.

Diskusi kembali alot, ketika menyinggung soal modal untuk buka usaha baru. Situasi mendadak sunyi. Rasanya seperti, mereka sedang berpikir. "Duh, mulai dari mana ini?" Melihat gelagat diam tersebut, seorang pria paruh baya, pemilik kios yang cukup besar, angkat bicara. Katanya, ia hanya punya modal 500 ribu untuk buka usaha kios kecil. Dia mengaku, banyak yang tak percaya. Karena modal sekecil itu, mustahil mendirikan kios. Dikisahkannya, modal itu diperoleh dari beternak bebek. Mulai dari dua ekor, hingga 10 ekor. Awalnya sulit. Namun, perlahan, upayanya membuahkan hasil. Uang yang diperoleh dari menjual telur bebek hingga bebek dewasa dikumpulnya hingga mencapai target. Ia pun mulai membangun. Kios itu akhirnya berdiri di tahun 2010 dan terus dikelolanya hingga menjadi sebuah kios yang cukup besar sekarang. Klimaks!

Tak hanya mereka bertiga yang terdiam. Kami pun ikut-ikutan diam, menyimak kisah si bapak itu. Seperti masih terhipnotis dengan tutur katanya, meskipun beliau sudah mengakhiri ceritanya. Benar-benar bikin beda rasa. Kisahnya dibuka dengan argumentum ad M alias moy dan ditutup dengan argumentum ad U alias uenek (maksudnya enak). Saking nikmatnya, tak heran bila kisah ini berakhir di abjad B.

Bahhh! Aku baru sadar, tusuk gigi telah ku jadikan rokok.

Ngopi dulu baru nyuci baju ;) 


#sibonsai #JeifJeremy 
(Pict: Dewi Kata)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar