D...
Dingin maksudku. Rasa itu serasi dengan ukuran temperatur suhu yang ku pasang
pada android reot milikku. Angkanya menunjukkan 18-19 derajat celcius.
Maklumlah, masih terlalu pagi, pukul 5.30 AM atau setengah 6 pagi; pagi yang
dingin di Kota Air, kota yang terletak 600 km di atas permukaan laut.
Setengah
jam lebih, aku melamun, sambil duduk menatap jalanan kecil yang saat itu sudah
dilalulalangi orang-orang. Katanya hendak ke pasar. Ya...begitulah kebiasaan
warga kita bila pagi tiba. Kebiasaan yang diungkap lewat jawaban sederhana,
bila pertanyaannya ke mana. Menariknya, itu ungkapan pertama yang ku dengar
pagi ini setelah selamat pagi. Ungkapan yang terus diulang, sebelum sebuah
angkot berwarna biru mengejutkan lamunan dengan tembang "Kau Ada yang
Memiliki" yang dinyanyikan Harvey Malaiholo dan Trie Utami. Ahh...
Pasar... kau ada yang memiliki.
Aku pun
bergegas hendak membasuh wajah. Tak lupa ku tengok sebentar layar TV. Beritanya
tentang potret demokrasi yang lebih banyak menghitung prihatinnya ketimbang
kinerjanya. Maklumlah cari makan sekarang lebih gampang daripada mengkritisi.
Sindir bunda yang saat itu sedang menyiapkan sarapan pagi. Celotehnya ku sambut
dengan gelak tawa, mengejutkan si bapak yang lagi asyik menyulut kretek
djisamsoe. Beliau hanya tersenyum kecil, sambil menghirup secangkir kopi panas
yang dihidang di meja kecilnya, tanpa berkomentar. Padahal, beliau suka
memanas-manasi si bunda dengan candaanya. Belakangan aku baru paham. Giginya si
bapak yang paling depan baru tanggal semalam. Bisik bunda sambil menahan tawa
setengah mati.
Usai
membasuh wajah (termasuk gosok gigi) aku bersiap-siap hendak pulang ke kosan.
Katanya, aku harus berangkat pagi biar cepat sampai. Pukul 6.30 AM atau
setengah 7, aku pun beranjak, berjalan kaki bersama bunda yang juga hendak
menuju pasar, menyusur jalan kecil sepi yang basah karena embun. Kabut tipis
masih bertengger di puncak gunung-gunung kecil yang sesekali diceraikan angin,
tapi dengan cepat menyatu kembali. Menyenangkan pula indah. Seindah warung kopi
yang mulai dibanjiri konsumen.
Sesampainya
di pasar, beliau langsung menghantarku menuju terminal bis kota. Jaraknya tak
jauh. Kira-kira 200 meter dari titik sentral pasar. Kami pun berpisah. Beliau
kembali untuk berbelanja, sedangkan aku menunggu berangkatnya bis kota,
ditemani hangatnya diskusi dua orang kondektur dengan pedagang sayur keliling.
Topiknya tentang teknik mencari nafkah. Teknik itu diulas dengan sederhana.
Mulai dari membiasakan diri untuk menekuni dengan rutin sebuah pekerjaan,
menyisihkan sedikit pendapatan agar bisa menopang ekonomi rumah tangga, hingga
mengupayakan kerja sampingan lain yang meskipun kecil tapi efektif
pendapatannya. Tukar-menukar ide yang terjadi kian menarik. Hingga akhirnya
disepakati bahwa lebih baik bekerja daripada 'bertakhta'.
Diskusi
kembali alot, ketika menyinggung soal modal untuk buka usaha baru. Situasi
mendadak sunyi. Rasanya seperti, mereka sedang berpikir. "Duh, mulai dari
mana ini?" Melihat gelagat diam tersebut, seorang pria paruh baya, pemilik
kios yang cukup besar, angkat bicara. Katanya, ia hanya punya modal 500 ribu
untuk buka usaha kios kecil. Dia mengaku, banyak yang tak percaya. Karena modal
sekecil itu, mustahil mendirikan kios. Dikisahkannya, modal itu diperoleh dari
beternak bebek. Mulai dari dua ekor, hingga 10 ekor. Awalnya sulit. Namun,
perlahan, upayanya membuahkan hasil. Uang yang diperoleh dari menjual telur
bebek hingga bebek dewasa dikumpulnya hingga mencapai target. Ia pun mulai
membangun. Kios itu akhirnya berdiri di tahun 2010 dan terus dikelolanya hingga
menjadi sebuah kios yang cukup besar sekarang. Klimaks!
Tak
hanya mereka bertiga yang terdiam. Kami pun ikut-ikutan diam, menyimak kisah si
bapak itu. Seperti masih terhipnotis dengan tutur katanya, meskipun beliau
sudah mengakhiri ceritanya. Benar-benar bikin beda rasa. Kisahnya dibuka dengan
argumentum ad M alias moy dan ditutup dengan argumentum ad U alias uenek
(maksudnya enak). Saking nikmatnya, tak heran bila kisah ini berakhir di abjad
B.
Bahhh! Aku baru sadar, tusuk gigi telah ku jadikan rokok.
Ngopi
dulu baru nyuci baju ;)
#sibonsai #JeifJeremy
(Pict:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar