Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu (Luk. 1:38).
8 Desember adalah Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda. Hari Raya ini dirayakan oleh dan dalam Gereja Katolik atas keyakinan bahwa Maria tidak pernah berada dalam keadaan noda (dosa) sejak awal hidupnya, terhitung mulai saat janin Maria terbentuk dalam rahim Santa Anna, ibunda Maria. Maka untuk menghormati Maria, Bunda Allah, Gereja Katolik mengambil perikop Luk. 1:26-38 untuk dijadikan Bacaan Liturgi bagi seluruh anggota Gereja di dunia pada tanggal 8 Desember ini.
Pada kesempatan yang sama, 8 Desember 2016, kami di Keuskupan Amboina, bergembira bersama para Suster Tarekat Maria Mediatrix yang mensyukuri rahmat Tuhan bagi para anggota tarekat mereka. Ada yang 'menembus' angka 25 Tahun hidup membiara, ada yang mengucapkan atau mengikrarkan Kaul Kekal dan ada pula yang baru menerima Busana Rohani. Acara Syukur ini dibingkai dengan tema: Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu (Luk. 1:38) dan Ekaristi Kudus yang dipimpin oleh Mgr. John Philipus Saklil, PR, menyatukan semua orang.
Satu yang paling berkesan dalam Ekaristi Kudus itu ialah Homili yang dibawakan oleh Mgr. John Saklil. Dengan tema di atas, Mgr. John memberikan peneguhan yang begitu indah karena menyentuh seluruh aspek kehidupan Gereja Katolik pada umumnya, dan menggugah semangat hidup para Rohaniwan/i serta Biarawan/i, teristimewa para anggota Tarekat Maria Mediatrix yang berbahagia.
Mgr. John melihat dua hal penting dalam tema yang diusung itu, yaitu hidup sebagai "hamba" dan "pengantara" Tuhan. Baginya, Maria dipilih Allah karena jawaban kesediaan Maria yang mau dan rela menjadi hamba Allah. Seorang hamba tidak lain adalah orang yang bekerja untuk majikan, tuan, bos. Majikan itu telah mengambil hak sang hamba sehingga hamba hanya mengikuti dan melaksanakan perintah majikannya. Ia melayani dan bekerja untuk memenuhi kebutuhan, bahkan keinginan sang majikan. Maria, Bunda Allah, sama! Ia memberikan haknya seutuhnya kepada Allah. Allah telah mengambil hak Maria agar Maria dapat melaksanakan kehendak Allah sepenuhnya. Bagaimana dengan kita, apakah kita dapat menjadi hamba di masa sekarang ini?
Dengan menyerahkan diri kepada Allah sebagai hambaNya, Maria sebetulnya memproyeksikan dirinya sebagai 'pengantara' Tuhan bagi semua orang. Jawaban Maria, "jadilah padaku menurut perkataanmu itu" melahirkan tugas untuk dirinya sendiri, yaitu menjadi pengantara bagi semua orang. Ia menjadi "mediatrix" dalam hidup beriman semua orang Kristen. Rahmat yang diterima Maria adalah rahmat untuk semua orang, yaitu Yesus Kristus. Ia mengandung dan melahirkan serta membesarkan Yesus Kristus agar Puteranya ini menyelamatkan banyak orang. Maka tugas orang beriman adalah menjadi pengantara bagi orang-orang yang belum mengenal Yesus Kristus; inilah tugas dan misi Gereja Katolik sepanjang zaman.
Mgr. John mengoreksi dan menunjuk tugas kepengantaraan orang beriman itu dalam hidup komunitas dan keluarga. Dalam hidup komunitas, tugas kepengantaraan kita dapat ditunjukkan lewat relasi persaudaraan yang dibangun. Dalam hidup keluarga, tugas kepengantaraan itu dapat dibangun dengan saling mengenal, sebab dekat secara fisik belum tentu saling mengenal. Komunitas adalah juga keluarga, di mana ada rasa saling memiliki, saling mencintai, saling memberi dukungan dan saling berbagi di sana. Ini tugas dan misi kepengantaraan yang paling relevan saat ini. Dengan ini, semangat, gaya dan cara hidup Maria itu menjadi cermin dan pengudusan bagi setiap orang yang belindung di dalam doa-doanya.
Semoga Bunda Maria senantiasa mendoakan kita supaya kita menjadi hamba dan pengantara keselamatan, kebahagiaan dan kerukunan dalam dunia zaman ini. Sebab Yesus Kristus hidup untuk semua orang, mengorbankan diriNya demi kebahagiaan kita semua. Sebagai seorang calon imam, saya ingin meneladani peran Bunda Maria dalam kehidupan orang beriman di seluruh dunia. Ya Bunda, doakanlah kami kepada Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kami!
In te Domine speravi, non confundar in aeternum