Sabtu, 18 Februari 2017

Transfigurasi

Ini adalah salah satu peristiwa yang terjadi pada Yesus ketika Petrus, Yakobus, dan Yohanes bersama-Nya di atas gunung (mungkin gunung Tabor di Nazareth) melihat-Nya diliputi cahaya kemuliaan dan berada bersama Musa dan Elia (Mat. 17:1-9; Mrk. 9:2-10; Luk. 9:28-36; 2Ptr. 1:16-19). Sebagai wakil hukum dan nabi-nabi, Musa dan Elia sudah melihat kemuliaan Allah (Kel. 24:12-18; 33:7-23; 34:29-35; 1Raj. 19:1-18). Dalam mistisisme Timur “cahaya Tabor” mempunyai arti sama dengan pengalaman akan Allah yang paling dalam, yang seutuhnya mengubah diri kita sesudah pendakian gunung yang berat (askese kita). Namun, yang paling penting bukanlah usaha yang mau tidak mau harus dilakukan, melainkan kemuliaan yang semakin besar yang menjadi titik kita kalau kita membiarkan Allah mengubah diri kita (2Kor. 3:18) [Gerald O’Collins, SJ & Edward G. Farrugia, SJ].

Beberapa tahun sesudah Yesus naik ke sorga, Petrus, Sang Batu Karang, yang menjadi bagian dari Peristiwa transfigurasi ini, memberi kesaksian demikian: “Kami menyaksikan, bagaimana Ia menerima kehormatan dan kemuliaan dari Allah Bapa, ketika datang kepadaNya suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan: Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan. Suara itu kami dengar datang dari sorga, ketika kami bersama-sama Dia di atas gunung yang kudus” (2Ptr. 1:17-18).


Catatan para penginjil (Matius, Markus, Lukas) dan kesaksian rasul Petrus menambah wawasan orang-orang Kristen awal, menguatkan hati mereka supaya teguh berdiri di tengah badai kesenangan duniawi. Bagaimana tidak, sebelum naik ke gunung Tabor, Yesus memberitahukan kepada para rasul tentang masa depanNya yang suram; bahwa Ia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari (Mrk. 98:31). Namun, sesudah peristiwa transfigurasi ini, ketika turun dari gunung itu, ketiga rasul itu menjadi bingung dan bertanya-tanya tentang pesan Yesus kepada mereka, yaitu supaya tidak menceritakan peristiwa itu kepada seorangpun, sebelum Anak Manusia bangkit dari antara orang mati. Maka mereka mempersoalkan: “apa yang dimaksud dengan bangkit dari antara orang mati.” Rupa-rupanya, kebangkitan Yesus kelak memiliki hubungan yang istimewa dengan peristiwa transfigurasi. Peristiwa ini lalu dirahasiakan dan menjadi suatu kenangan manis untuk ketiga rasul itu.

Peristiwa ini menurut Matius, memperlihatkan Yesus sebagai Musa baru (bdk. Mat. 17:1 dst), sedangkan Lukas menonjilkannya sebagai persiapan untuk penderitaan Yesus (bdk. Luk. 9:28 dst). Tetapi Markus terutama mengartikan peristiwa ini sebagai penyataan Mesias yang mulia, walaupun Mesias masih tersembunyi. Pengertian ini sesuai dengan pandangan Markus dalam seluruh injilnya. Meskipun hanya berlangsung sebentar, peristiwa ini menyatakan siapa sesungguhnya Yesus yang untuk sementara waktu perlu mengalami perendahan “Hamba Tuhan” yang menderita. Tidak lama lagi sepenuh-penuhnya dan untuk selama-lamanya akan dinyatakan siapa Yesus (Kitab Suci Katolik). Minimal, bagi seorang Petrus, pernyataan Yang Mahamulia kepada Yesus sungguh-sungguh terbukti; bahwa Yesuslah Musa dan Elia yang baru, yang sesudah kebangkitanNya naik ke sorga. Ingat, kebangkitan Yesus menambah dalam diri para rasul, menguatkan iman mereka kepada Yesus bahwa Dialah Tuhan, Anak yang dikasihi Bapa, yang kepadaNya Bapa berkenan.

Dan memang benar, peristiwa transfigurasi ini memiliki posisi dan hubungan yang khas dengan penderitaan, kematian dan kebangkitan Yesus. Peristiwa ini menguatkan para rasul untuk teguh memandang Yesus saat penderitaan itu tiba, tetapi sekaligus mengokohkan iman mereka tatkala memandang Yesus yang tersalibkan. Sementara, kebangkitan menyempurnakan pengalaman mereka denganNya supaya mereka dengan bebas dan berani mewartakanNya ke seluruh dunia. “Engkau dimuliakan di atas gunung, dan sejauh mereka mampu untuk itu, murid murid-Mu memandang kemuliaan-Mu, Kristus Allah, supaya apabila memandang Engkau yang tersalib, mereka mengerti bahwa kesengsaraan-Mu adalah sukarela, dan dengan demikian mereka menyampaikan kepada dunia bahwa Engkau sesungguhnya cahaya Bapa” (Liturgi Bisantin, Kontakion pada pesta “Yesus Menampakkan Kemuliaan-Nya”).

† Pax Domini, sit semper vobiscum †

Tidak ada komentar:

Posting Komentar