Sekedar menguliti perkataan Romo Skia Mangsombe
saat khotbah hari ini di gereja, dalam perayaan Ekaristi Mahakudus. Di
sela-sela khotbahnya, Romo menegaskan ini: “Ingat, dosa besar orang Kristen
adalah Perpecahan.” Saya mengakui ini sebagai kebenaran, sebab memang orang
Kristen hingga hari ini terpecah belah. Saya menduga, Romo menuturkan ini
berdasarkan bacaan Kitab Suci yang disediakan Gereja untuk direnungkan pada
hari ini, 1Kor. 1:10-13,17.
Dalam perikop ini, Rasul Paulus menggarisbawahi
perpecahan yang terjadi pada jemaat kala itu. “Yang aku maksudkan ialah, bahwa
kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan
Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. Adakah Kristus
terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis
dalam nama Paulus?” (1Kor. 1:12-13). Bagian akhir perikop ini, Rasul besar ini
menulis: “Sebab Kristus mengutus aku bukan untuk membaptis tetapi memberitakan
Injil; dan itupun bukan dengan hikmat perkataan, supaya salib Kristus jangan
menjadi sia-sia” (1Kor. 1:17).
Rasul Paulus memandang
penting keikutsertaan orang Kristen dalam kurban Kristus di salib (ay. 17)
dalam hal bersatu denganNya. Maka Gereja mengajarkan:
Kematian di kayu salib adalah kurban
yang satu kali untuk selamanya dipersembahkan Kristus, “pengantara antara Allah
dan manusia” (1Tim 2:5). Tetapi karena dalam Pribadi ilahi-Nya yang menjadi
manusia, “la seakan akan bersatu dengan tiap manusia” (GS 22,2) maka Ia memberikan
“kemungkinan kepada semua orang, untuk bergabung dengan misteri Paskah ini,
atas cara yang diketahui Allah” (GS 22,5). Yesus mengajak murid murid-Nya,
untuk “memanggul salibnya” dan mengikuti Dia (Mat. 16:24), karena “Kristus pun
telah menderita untuk kita dan telah meninggalkan teladan bagi kita, supaya kita
mengikuti jejak-Nya” (1Ptr 2:21) [KGK 618].
Salib Kristus jangan sampai sia-sia! Kematian Kristus mempersatukan semua orang supaya diselamatkan di dalam Allah. “Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepadaMu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita” (Yoh. 17:11). Dengan ini, Yesus berdoa kepada BapaNya supaya murid-muridNya bersatu. Maka kepengantaraanNya menjadi mutlak perlu; salib, penderitaan dan kematianNya menjadi simbol baru bagi orang Kristen untuk tidak mengkotak-kotakan diri atau memecah belah persekutuan. Malahan, masing-masing orang dituntut untuk memandang Dia dan mengikuti jejakNya.
Salib Kristus jangan sampai sia-sia! Kematian Kristus mempersatukan semua orang supaya diselamatkan di dalam Allah. “Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepadaMu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita” (Yoh. 17:11). Dengan ini, Yesus berdoa kepada BapaNya supaya murid-muridNya bersatu. Maka kepengantaraanNya menjadi mutlak perlu; salib, penderitaan dan kematianNya menjadi simbol baru bagi orang Kristen untuk tidak mengkotak-kotakan diri atau memecah belah persekutuan. Malahan, masing-masing orang dituntut untuk memandang Dia dan mengikuti jejakNya.
Senada dengan Yesus, Rasul
Paulus tidak menghendaki perpecahan, melainkan persatuan di dalam Kristus. Gereja
itu satu, kudus, katolik dan apostolik. Sifat pertama Gereja tertancap pada “batu
karang” Petrus yang anti terhadap perpecahan. Setiap orang yang mengakui Petrus
sebagai pemegang kunci (sebagaimana Kristus menyerahkan kunci itu kepadanya) Kerajaan
Surga, maka ia menyatakan di dalam dirinya sendiri: “Engkau adalah Mesias, Anak
Allah yang hidup!” (Mat. 16:16). Ini adalah pengakuan penting akan Yesus yang
didorong oleh Roh Kudus untuk menyatakannya sebagai iman yang hidup dalam
jemaat, Gereja Kristus. Pengakuan ini sekaligus menolak perpecahan di dalam
Tubuh Kristus, sebab semua mata hanya diarahkan kepada Kristus dengan Petrus
sebagai yang pertama memandang dan mengakuiNya.
Orang Katolik, tidak boleh
ada perpecahan di dalam Tubuh Kristus. Perpecahan merupakan dosa besar yang
menghalangi karya Allah di dunia. Kristus menghimpun kita semua supaya diperkenankan
masuk Kerajaan Surga. “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Mat.
4:17). Pertobatan selalu berada dalam proses ini, mendengar suara Kristus dan
mengikuti ajakanNya: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan kujadikan penjala
manusia” (Mat. 4:19). Pertobatan inilah yang mengikis perpecahan di dalam Tubuh
Kristus, GerejaNya. Yesus menunjuk dunia sebagai tempat kita berada sebab kita
memang masih berada di dalam dunia. Maka keberadaan kita di sini hendaklah
dihayati dalam kesatuan sebagai Tubuh Kristus yang hidup. Dengan cara ini,
perpecahan ditiadakan, sementara Allah tetap dimuliakan berkat Kristus yang
mati untuk kita semua.
In te Domine speravi, non
confundar in aeternum.
(Pict: ChurchMilitant.com)